Bagaimana dengan karier yang kita jalani saat in? Sudah memuaskan, penuh tantangan, atau bahkan sering membuat kita tertekan? Jika yang terakhir yang kita hadapi, barangkali kita perlu memikirkan ulang - dan tentunya mengevaluasi secara keseluruhan - apa yang menyebabkan diri kita "terjebak" dalam situasi sedemikian rupa. Sebab, rasa tertekan, selain kadang disebabkan oleh beban kerja yang menumpuk, tapi banyak juga ternyata justru karena faktor diri yang sering kali "menumpuk" beban, seperti menunda pekerjaan, tak menuntaskan tugas yang diberikan, hingga terlalu banyak berfokus pada kesalahan dan bukannya mencari solusi.
Memang kepuasan dan kenyamanan bekerja justru acap kali kita sendiri yang menentukan. Sebab, pada dasarnya, jika diri sendiri sudah memiliki kemampuan untuk mengelola potensi, di mana pun dan kapan pun kita berada, pasti kita akan mampu menciptakan prestasi tersendiri. Sayangnya, ternyata, banyak orang - bahkan yang sudah berpengalaman sekali pun - sering melupakan hal-hal dasar dalam dunia kerja. Bahkan, kemudian "terjebak" dalam "tanjakan" yang membuatnya tak bisa naik ke puncak. Hal ini merupakan hasil riset yang dimuat di dalam Harvard Business Review beberapa waktu silam.
Dalam laporan tersebut, Boris Groysberg dan Robin Abrahams dari Harvard Business School telah melakukan wawancara terhadap lebih dari 400 konsultan riset dan 500 eksekutif pimpinan divisi Sumber Daya Manusia (SDM) dari 15 perusahaan multinasional ternama. Dan ternyata, mereka menemukan LIMA kesalahan dasar yang masih sering - dan bahkan terus - dilakukan oleh para pekerja. Berikut adalah kesalahan-kesalahan dasar yang perlu kita sendiri hindari agar karier kita tidak berhenti di tengah jalan.
1. Kurang melakukan riset
Banyak orang pada saat akan pindah ke kantor baru, tidak melakukan riset tentang perusahaan di mana dia akan bekerja. Karena itu, meski kenaikan pangkat atau tingginya gaji telah didapat, tetapi faktor kenyamanan bekerja dan lingkungan kerja yang mendukung prestasi justru sangat minim. Akibatnya, kinerja pun malah berhenti dan tak bisa berkembang lagi.
Dalam hal ini, Groysberg yang juga asisten profesor di Harvard, menganjurkan kalau ingin pindah, lakukan seperti kita sedang berinvestasi. "Bukankah kala ingin berinvestasi ke pasar saham, kita perlu melakukan uji kelayakan terhadap perusahaan yang kita percayai?" sebutnya.
2. Meninggalkan pekerjaan lama hanya karena alasan gaji
Pindah pekerjaan karena alasan kenaikan gaji adalah hal klasik yang banyak orang lakukan. Sayangnya, sering kali meski pendapatan naik, tak disertai dengan peningkatan kesuksesan seperti diharapkan. Bahkan, kadang kala, ada nilai-nilai penting yang justru hilang saat berpindah kerja, misalnya pertemanan dengan relasi lama. Karena itu, pikirkan ulang jika hanya masalah gaji yang jadi alasan kepindahan.
3. Memilih hengkang "dari" daripada menuju "ke"
Kadang, saking putus asanya, orang tak berpikir ulang dengan pekerjaan lama. Akibat tekanan yang dirasakan, maka seseorang langsung memilih hengkang dan asal memilih pekerjaan lain. Nah, asal pindah dan asal menuju ke tempat baru ini kadang membuat orang sering kali kurang rasional dalam usahanya meningkatkan karier. Dalam hal ini, Abrahams yang juga seorang peneliti psikologi, menyarankan agar kita benar-benar mencari alasan yang tepat sebelum mencoba pindah kerja, "Benarkah sudah tidak ada kesempatan di kantor lama atau benarkah saya memang harus pergi?"
4. Percaya diri yang berlebihan
Meskipun kita merasa memiliki kelebihan, jangan terjebak dalam kesombongan. Sebab, baik saat tetap di perusahaan lama atau pun mencari tempat baru, jika percaya diri digunakan dengan berlebihan, bisa jadi akan membuat kita terperosok sendiri. Ingat, bahwa kompetisi sangat sengit. Bisa jadi, apa yang kita kuasai hari ini, tanpa belajar dan belajar lagi, akan jadi "usang" dengan munculnya orang lain yang lebih maju dalam penguasaan materi atau teknologi yang lebih baru lagi.
5.Berpikir jangka pendek
Banyak orang yang berpikiran pendek dalam hubungannya pada pekerjaan yang dijalani. Ada masalah sedikit mengeluh, ada kendala tertentu, langsung lari. Begitu juga saat mencoba pindah ke pekerjaan atau tempat yang baru, ada banyak orang yang kemudian tak berpikir panjang dengan langsung memutus hubungan di pekerjaan lama. Padahal, entah kapan, mantan bos, anak buah, atau pemilik perusahaan lama suatu kali bisa jadi klien, vendor, atau apa pun yang kemudian membuat seseorang berhubungan kembali dengan kantor atau orang lama yang dikenalnya. Jika tak hati-hati, pikiran pendek dan sempit yang dilakukan, suatu saat akan membuat seseorang mentok dalam berkarier.
0 komentar:
Posting Komentar